Saat membaca novel Negeri Lima Menara saya terhenyak ketika membaca sebuah tulisan bahwa Merantaulah, jangan takut kehilangan teman di kampungmu karena kamu akan mendapatkan pengganti mereka, kurang lebih seperti itu maksud dari kalimat dalam novel tersebut. Dan saya merasakan akan kebenaran ungkapan itu, setiap kali kita kehilangan seorang sahabat maka bersamaan dengan itu akan hadir pihak lain yang mengisi ruang yang telah kosong itu. Dan setiap kali mengalami kekosongan akan selalu di isi dan ini akan berproses secara terus menerus tanpa henti, seolah ini adalah hukum alam.
Sahabat adalah mereka yang ketika mereka menghilang kita merasakan ada yang kurang dan ketika mereka hadir, kehadiran mereka mampu menghujamkan keteduhan dalam jiwa. Pada umumnya keserasian dalam persahabatan selalu di iringi keserasian pandangan dan kedewasaan dalam melihat hakekat sesuatu. Ketika keserasian ini tidak tercipta, salah satu diantara mereka akan mengembara mencari pihak yang memiliki pikiran dan pandangan seperti cara pandang dia.
Di warkop sahabat bersama para sahabat yang memiliki keserasian dalam pandangan menguapkan setiap perbedaan walaupun kami berangkat dari akar budaya yang berbeda, namun saya tidak menemukan benturan-benturan berarti dalam setiap canda dan diskusi. Jika Samuel Huntington menulis bahwa suatu waktu akan terjadi benturan ideology. Dan sebuah budaya bagi saya adalah ideologi walaupun dalam skala kecil karena itu ketika dalam persahabatan kami akan menimbulkan sebuah benturan maka apa yang diramalkan oleh Huntington adalah sebuah kebenaran dan kalkulasi yang penuh kematangan. Tapi ketika kami berhasil mengubah dan menghindarkan setiap benturan-benturan itu maka saya berpikir bahwa begitu mudahnya menggugurkan sebuah teori yang disusun dengan susah payah.
Bagi kami budaya bukanlah sebuah tolak ukur untuk menilai dan membedah budaya mana yang terbaik karena semua memiliki kelebihan dan kekurangan karena kadang budaya akan menjadi elok dan indah ketika ia di terapkan pada tempat yang tepat. Budaya Amerika akan menjadi budaya yang indah kalau kita melihatnya dalam kacamata orang amerika dan hanya tepat kalau di terapkan disana, kalau hal itu di paksakan untuk diterapkan dalam budaya orang lain maka itu akan melahirkan benturan seperti apa yang diramalkan oleh Huntington.
Di Warkop Sahabat bersama dua sahabat yang berangkat dari tiga budaya yang berbeda, dalam bahsa Chusnul tiga pulau yang berbeda, berhasil melunturkan ego budaya hanya karena memiliki kesamaan pandangan yang sama untuk terus menjadi seorang pembelajar yang tidak akan pernah bosan dan tidak peduli dimanapun berada, semua ide akan menguap dalam diskusi walaupun hingga sampai larut malam…
Salam Cangkir Kopi Susu……………..
Malang, 22 Juli 2011
Gang 19 Kav. 7/7
0 komentar on Warkop Sahabat, Tiga Budaya Mencair Dalam Secangkir Kopi Susu :
Posting Komentar