Haruskah aku merendahkan kamu karena kamu telah jujur, ataukah aku harus bangga menceritakan masalahmu kepada orang lain sebagai sebuah gosip yang enak untuk di bahas. Tidak, saya masih sadar dan saya masih bisa membedakan mana yang pantas untuk di ceritakan dan mana yang tidak, mana yang menyangkut rahasia, mana yang bisa dijadikan lelucon. Bukankah menyebarkan aib seseorang hanya akan menciptakan jurang pemisah diantara keduanya, bukankah hal itu hanya akan menumbuhkan sifat dendam kepada pihak lain kemudian kamu akan sibuk juga mencari kekurangan orang lain untuk kemudian kamu ceritakan sebagai tindakan balas dendam. Saya begitu menghargai setiap kejujuran, karena itu tidak pantas merendahkan orang lain hanya karena dia berkata dengan jujur. Hanya orang bodoh yang merendahkan orang lain, karena tidak ada seorangpun di dunia ini yang tidak punya kekurangan, tidak ada seorangpun di dunia ini yang tidak mengalami masalah. Terima kasih telah mempercayaiku untuk berbagi masalah, walaupun saya merasa masih kurang pantas untuk membicarakan hal-hal yang berbau keluarga. Karena saya sendiri belum berkeluarga sehingga belum pantas untuk memberikan solusi yang beraroma keluarga.
Disini saya akan menuliskan jawaban saya sendiri tapi perlu di ketahui bahwa apapun jawaban yang saya tulis disini hanyalah analisa pribadi dan mencoba melakukan pendekatan dari persoalan yang pernah dialami oleh orang lain, karena secara pribadi saya masih miskin pengalaman untuk persoalan keluarga karena saya belum merasakan suka duka dalam menahkodai bahtera rumah tangga. Karena itu jawaban yang saya tulis tidak selamanya benar karena apa yang saya tulis berdasarkan perspektif saya sendiri, untuk itu apaun jawaban saya jangan langsung di terima begitu saja tapi pilihlah pendekatan yang menurutmu cocok dan pantas untuk menyelesaikan persoalan yang di hadapi.
Saya bingung harus mulai dari mana menuliskan jawabanku atas persoalan yang kamu hadapi, seandainya saya mulai dengan kesedihan, kamu tidak akan melihat jawaban pemecahan tapi kamu hanya akan melihat tulisan kepedihan dari seorang sahabat atas duka yang kamu ceritakan. Seandainya saya mulai dengan canda, kamu pasti akan mengatakan bahwa saya adalah orang yang tidak mengerti orang lain, seolah-olah saya bergembira diatas derita orang lain. Untuk itu dalam catatan ini saya memposisikan diri saya sebagai orang lain dengan begitu saya bisa leluasa menuangkan apa yang ada dalam pemikiran saya.
Secara pribadi saya berpendapat bahwa keputusan yang kamu ambil untuk menerima lamaran pria yang kini menjadi bagian dari hidup kamu sejak awal adalah sebuah keputusan yang harus kamu pertanggung jawabkan. Mengeluh tidak akan membuat segalanya menjadi lebih baik dan semakin kamu meratapinya akan semakin menebal endapan-endapan bibit kebencian yang akan mengarahkan pada terkoyaknya bahtera yang selama ini kalian tumpangi mengarungi samudera kehidupan. Karena itu singkirkan pemikiran yang akan melahirkan bibit perpecahan di antara kalaian, dan tanamkan pemikiran kasih untuk melawan kuatnya pengaruh kebencian yang mulai mengakar, bukankah Budha mengatakan bahwa dendam dan kebencian tidak akan berakhir dengan kebencian tapi kebencian hanya bisa di akhiri dengan cinta, Karena itu akhirilah setiap kebencian yang tertanam dengan menanamkan kasih.
Sebuah kata yang paling saya sukai dan setiap kali habis membacanya tubuh saya menggetar hebat, dan saya akan dilanda rasa iri setiap kali melihat romantisnya sebuah keluarga. Kata itu tertuang dalam sebuah hadis bahwa apabila seorang suami membelai rambut istrinya dengan mesra maka dosa-dosa mereka akan berguguran dari jari-jemari mereka, Entah apa yang merasuki pikiranmu sampai kebencianpun menutup pikiranmu melihat betapa agungnya sebuah kasih sayang, sehebat apakah kebencianmu sampai menyumbat mengalirnya kasih sayang yang kamu miliki. Mengapa kamu harus membenci dia pada hal kalian diciptakan dari satu, seperti kata sebuah Firman “Dialah yang menciptakan kalian dari satu orang, kemudian darinya Dia menciptakan istrinya agar menjadi cocok dan tenteram kepadanya (Al-A’raf 189)”. Bahakan dalam ajaran Kristen, khususnya dalam Matius 19:16 Mengatakan demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh di ceraikan manusia. Bahkan Talmud Yahudi pun menulis bahwa “setiap belahan jiwa ditetapkan sebelum kelahirannya”. Jadi membencinya sama halnya kamu membenci diri kamu sendiri. Entah kalian diciptakan dari satu kemudian menjadi dua atau dari dua kemudian menjadi satu atau seperti yang ditulis dalam Talmud Yahudi bahwa belahan jiwa telah ditetapkan sebelum kelahirannya intinya hilangkan setiap kebencian yang ada.
Merujuk pada pendapat beberapa agama yang saya sebutkan diatas saya menyimpulkan bahwa mempertahankan bahtera rumah tangga lebih mulia. Karena itu berusahalah berpikir positif dan hindari pemikiran-pemikiran negative karena semakin jauh mecari keburukan-keburukan pasangan kamu, maka kamu akan semakin yakin dan akan membenarkan dirimu bahwa kamu telah dibuat menderita yang kemudian kamu akan mencari orang-orang yang akan mendukung dan membenarkan pendapatmu, dan saya sangat yakin ini bukannya menyelesaikan masalahmu tapi malah sebaliknya mengoyak dan menghempaskan pada tebing kegagalan. Pada hal persoalan keluarga bagi saya bukan persoalan mencari siapa yang benar dan siapa yang salah, siapa yang menang siapa yang kalah, karena rumah tangga bukan pengadilan yang menentukan kebenaran tapi lebih merupakan proses pencarian solusi terhadap berbagai persoalan-persoalan yang di hadapi.
Berusahala untuk berpikir positif, toh dunia ini bukan neraka yang akan membakarmu dengan jilatan api yang akan menghanguskan rumah tanggamu, juga bukan surga yang dialiri oleh sungai membuat segalanya jadi nyaman. Persoalan derita dan bahagia merupakan dinamika hidup yang datangnya tidak beraturan entah derita yang datang menyapa lebih dulu atau sebaliknya, duka dan bahagia itu tergantung bagaimana kita menyikapinya. Cukup banyak manusia di dunia yang memiliki persoalan yang melebihi persoalan yang kamu alami tapi senyum mereka tetap merekah setiap kali penderitaan menyapa mereka. Belajarlah untuk berdamai dengan setiap persoalan karena hanya dengan cara seperti itu setiap orang bisa menjadi seorang pemenang.
Sesuai kesepakatan jawaban terbit sejam setelah telponnya di tutup...
"Apapun saran dari orang lain, mereka hanya bisa memberi saran, keputusan ada di tangan kita sendiri".
Malang, 22 Juli 2011
Gang 19 Kav. 7/7
0 komentar on Curhat Pedih Seorang Ibu Muda :
Posting Komentar