Sosok Jonggrang, sumber by google
Berpacaran di lokasi wisata, merupakan hal yang sangat mengesankan. Karena itu sesuatu yang biasa kalau tempat wisata dimanapun tidak lepas dari pemandangan seperti ini. Dari beberapa tempat wisata yang pernah saya kunjungi past menemukan fenomena sosial romantisme ini. Namun saya merasa agak aneh ketika berada di lokasi wisata prambanan. Pemandangan prambanan sangat berbeda dengan tempat wisata lain seperti Borobudur, Keraton Jogja dan lain sebagainya. Di wisata Prambanan tidak seorangpun saya menemukan sepasang kekasih yang berani berkunjung ke tempat ini, kecuali beberapa turis manca negara. Padahal berpacaran di tempat wisata paling tidak bisa memberikan beberapa keuntungan, selain romantis juga para pecinta bisa mengabadikan setiap gambar yang memberi kesan mendalam untuk di kenang pada suatu waktu.
Lewat seseorang asal prambanan saya mendapat informasi bahwa ada sebuah mitos tentang prambanan yang sangat diyakini oleh masyarakat setempat. Hal-hal yang mendasari mitos tersebut, konon berhubungan dengan kisah cinta Bandung Bondowoso dan Loro Jonggrang dimana Pangeran Bandung menyabda Jonggrang menjadi batu hanya karena cintanya ditolak oleh Jonggrang, maka Tak sampai disitu, Bandung juga menyumpah bahwa siapapun yang memadu kasih di Candi Prambanan, akan mengalami putus cinta seperti dirinya. Mitos ini sangat diyakini oleh masyarakat setempat bahwa pasangan yang berpacaran di Candi Prambanan akan mengalami putus cinta. Mesti hal itu hanya sebatas mitos. Tapi, sebagian besar penduduk sekitar mempercayainya.
Percayakah anda dengan mitos diatas?
Lewat mitos Prambanan ini Saya melihat bahwa mitos-mitos yang ada di Nusantara ini sangat dipengaruhi oleh gaya filsafat etika Plato. Dimana model seperti ini merupakan gaya mengajar plato ketika mengajar kepada murid-muridnya. Disini Plato sering mengkaitkan filsafat moralnya dengan mengisahkannya dalam bentuk cerita seolah-oleh kisah dalam cerita yang di bawakan nyata adanya, padahal itu hanyalah sebuah pesan moral yang dibingkai dalam sebuah kisah. Dan kisah-kisah ini untuk zaman itu merupakan hal yang paling menarik sehingga paling cepat di pahami oleh murid-murid Plato sendiri. Salah satu pengaruh kisah yang dibuat oleh Plato yang saat ini masih menjadi teka-teki yaitu kisah tentang Negara Atlantis yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan para ahli. Ada yang meyakini bahwa apa yang ditulis oleh Plato tentang kisah Atlantis adalah benar adanya sementara yang lain meyakini bahwa ini hanyalah bentuk plato dalam menjelaskan dan memberi pemahaman kepada muridnya.
Plato, by Google
Harus diakui bahwa keterbatasan pengetahuan dan dangkalnya pemahaman yang dimiliki manusia pada Zaman itu membuat mereka memecahkan fenomena-fenomena apapun dengan menggunakan pendekatan kisah yang biasanya dilakoni oleh tokoh hitam dan putih yang kemudian hal ini memunculkan menjamurnya jenis-jenis mitos yang tedapat di nusantara. Batu yang menyerupai orang di pelabuhan air manis padang melahirkan mitos malingkundang, Tangkuban perahu di jawa barat melahirkan mitos Sangkuriang, Prambanan melahirkan kisah Jonggrang, Blambangan memunculkan kisah banyuwangi dan lain sebagainya. Mitos-mitos nusantara ini hanyalah filsafat moral, jadi bukan sesuatu yang harus dipercaya dan diyakini, tapi ini merupakan pesan moral untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan etika.
Malang. 29 Juli 2011
Gang, 19 Kav.7/7
0 komentar on Menyibak Mitos Prambanan :
Posting Komentar