Secara sepintas antara analisis dan evaluasi berbeda, namun kalau kita cermati lebih jauh antara analisis dan evaluasi memiliki kesamaan sifat diantara keduanya. Berangkat dari devinisi masing-masing maka akan mengantarkan pikiran kita pada tujuan yang sama, dimana dalam analisis kebijakan mencoba memahami segala sesuatunya sebelum sesuatu itu ada atau dalam artian sementara dalam proses formulasi sehingga analisis ini juga bisa dikatakan sebagai evaluasi awal sebuah kebijakan. Sehingga secara sederhana analisis bisa dikatakan sebagai evaluasi awal sebuah kebijakan. Namun pemahaman umum selama ini orang beranggapan bahwa evaluasi hanya bisa dilakukan ketika kegiatan itu sudah berakhir. Dalam analisis ini juga mencoba memahami sisi negatif maupun positif dari sebuah kebijakan.
Dalam hal ini evaluasi lebih menekankan pada penciptaan premis-premis nilai yang diperlukan untuk menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan (Dunn, 607). Informasi yang dihasilkan dari proses evaluasi ini sangat dibutuhkan oleh para analisis, karena informasi ini merupakan bahan baku bagi para analis untuk meramu kebijakan yang lebih baik lagi, baik dari segi kebijakannya maupun kinerja implementornya, dalam artian yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan (Dunn, 608). Woolfolk dan Nicolich mengemukakan bahwa penilaian atau evaluasi merupakan suatu proses membandingkan informasi dengan kriteria, kemudian membuat pertimbangan; yakni membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai. Sejalan dengan pengertian tersebut, Raka Joni mengemukakan bahwa penilaian adalah “penetapan baik-buruk terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu”.
Gronlund dan Linn mengemukakan bahwa penilaian merupakan proses pengumpulan informasi, analisis dan interpretasi informasi yang sistematis untuk menentukan sejauhmana mencapai tujuan pembelajaran. Secara lebih rinci, Phi Delta Kappa National Study Committee of Evaluation menguraikan pengertian evaluasi sebagai proses pen-carian, perolehan dan penyediaan informasi yang berguna bagi pertimbangan alternatif-alternatif keputusan. Pengertian ini berkaitan dengan tiga hal mendasar, yaitu: 1) evaluasi merupakan suatu proses sistematis yang berkelanjutan; 2) proses tersebut meliputi tiga langkah, yakni: (1) menyusun pertanyaan yang memerlukan jawaban dan informasi spesifik yang ingin diperoleh, (2) mengumpulkan data yang relevan, (3) menyajikan informasi yang di-hasilkan kepada pengambil keputusan yang akan mempertimbangkan dan menginterpretasikannya berkaitan dengan alternatif keputusan yang akan diambil; 3) evaluasi mendukung proses pem-buatan keputusan dengan menyediakan alternatif-alternatif yang terseleksi serta menidaklanjuti konsekuensi-konsekuensinya. Kalau kita merujuk pada apa yang telah diuraikan diatas, jika evaluasi sebagai penyedia informasi, maka evaluasi itupun merupakan proses analisis.
Evaluasi sebagai Analisis Rasional
Analisis ialah proses untuk mengetahui informasi yang telah dikumpulkan. Analisis termasuk mengolah data yang telah dikumpulkan untuk menentukan kesimpulan yang didukung data tersebut, seberapa banyak ia mendukung dan tidak mendukung kesimpulan. Tujuan analisis ialah membuat singkatan dari data dan menyimpulkan pesan-pesan yang ada di dalamnya sebagai informasi yang dapat dipakai sebagai dasar yang tentatif untuk keputusan. Kebanyakan analisis dilakukan bertahap, yaitu informasi diberi kode atau siatur sehingga mudah dimengerti (misalnya, ditulis berturut-turut menurut waktu, persentase, atau diattu nomor , dan lain-lain). Dengan melihat sekilas saja sudah dapat dimmengerti dan diketahui apakah diperlukan analisis-analisis yang lebih jauh, bila perlu, analisis yang bagaimana?. Gunakan analisis yang lebih rinci bila diperlukan(misalnya analisis nilai rata-rata, lembar jawaban, analisis konten, dan wawancara),.
Menafsirkan analisis data bukan hanya pekerjaan evaluator. Kebanyakan evaluator telah mengetahui bahwa menafsirkan dan meringkas hasil secara terpisah merupakan hal yang tidak praktis. Evaluator hanya memberikan pandangan saja dari sekian banyak pandangan, tetapi pada kenyataannya evaluator kurang siap untuk menerima pandangan lain dari orang yang masih mempunyai pandangan yang masih segar.
Kapan keputusan analisis dibuat? Dalam rencana suatu evaluasi beberapa masalah analisis ditentukan. Keputusan awal ini sehubungan dengan tujuan evaluasi. Misalnya, suatu evaluasi untuk menentukan apakah pendekatan latihan yang satu lebih baik daripada yang lain, dalam hal ini mungkin akan memakai semacam dampak strategi A dibandingkan dengan strategi B, selain dengan analisis komparatif juga dapat dipilih inovasi yang memakai analisis kualitatif. Kemudian dalam evaluasi, ketika memutuskan informasi yang akan dikumpulkan (tes, wawancara, observasi, dan sebagainya), juga diputuskan analisis yang akan dipakai.
Kemudian menentukan bagaimana mengatur dan menyimpan data apabila sudah terkumpul. Apabila informasi sudah terkumpul, wawancara dilengkapi, kuesioner dikembalikan, laporan observasi sudah siap, keputusan analisis dilihat kembali. Apakah informasi cukup bermutu untuk dianalisis? Dan apa artinya? Analisis berlanjut apabila data mulai masuk dari kumpulan informasi. Mula-mula data diatur dan diberi kode, kemudian diperiksa apakah sudah lengkap dan berguna untuk dianalisis atau tidak. Kemudian analisis yang telah ditentukan dimulai, dan sering berputar kembali untuk menambah pengumpulan informasi lagi.
Metode untuk menganalisis data dan menginterpretasi harus ditentukan pada saat membuat keputusan tentang bagaimana informasi akan dikumpulkan dan pertanyaan-pertanyaan apa yang akan dijawab oleh evaluasi. Semua kegiatan evaluasi ini bekerja sama. Tak ada satu aspek pun yang dilakukan tanpa menimbang yang lain, semua bagian berhubungan dengan seluruh tujuan evaluasi. Apabila memikirkan alternatif metode untuk menganalisis dan menginterpretasi data, evaluator harus bertanya pada diri sendiri sebagai berikut:
1. Metode analisis data dan interprestasi apa yang sesuai dengan pertanyaan yang akan dijawab, informasi yang akan dikumpulkan, dan metode yang akan dipakai untuk mengumpulkan informasi?
2. Metode analisis data dan interprestasi yang bagaimana yang mudah dimengerti dan dipercaya?
3. Untuk data kuantitatif, skala pengukuran apa yang akan dipakai, da metode apa yang tepat untuk itu?
4. Untuk data kualitatif, bagaimana observasi akan direkam?
5. Siapa yang akan dilibatkan dalam menginterprestasi hasil analisis data?
(Worthen. R. Blaine & James R. Sandera, 1988): Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, akan membantu evaluator memilih analisis data yang tepat dan metode interprestasi yang tepat. Pada saat permulaan atau pada tahap perencanaan, evaluator harus melibatkan konsultan teknik, seperti ahli statistik, bila perlu.
Banyak pakar maupun para ahli yang mencoba mendevinisikan tentang evaluasi kebijakan. Salah satu pakar yang mendevinisikan tentang evaluasi kebijakan ini adalah Thomas Dye. Ia menawarkan sebuah devinisi yang luas dan bagus saat dia mencatat bahwa evaluasi kebijakan adalah pembelajaran tentang konsekwensi dari kebijakan publik, Dye dalam (Wayne Parson, 547). Evaluasi kebijakan adalah pemeriksaan yang objektif, sistematis dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap targetnya dari segi tujuannya yang ingin dicapai.
Dalam hal ini evaluasi lebih menekankan pada penciptaan premis-premis nilai yang diperlukan untuk menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan (Dunn, 607). Informasi yang dihasilkan dari proses evaluasi ini sangat dibutuhkan oleh para analisis, karena informasi ini merupakan bahan baku bagi para analis untuk meramu kebijakan yang lebih baik lagi, baik dari segi kebijakannya maupun kinerja implementornya, dalam artian yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan (Dunn, 608). Woolfolk dan Nicolich mengemukakan bahwa penilaian atau evaluasi merupakan suatu proses membandingkan informasi dengan kriteria, kemudian membuat pertimbangan; yakni membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai. Sejalan dengan pengertian tersebut, Raka Joni mengemukakan bahwa penilaian adalah “penetapan baik-buruk terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu”.
Gronlund dan Linn mengemukakan bahwa penilaian merupakan proses pengumpulan informasi, analisis dan interpretasi informasi yang sistematis untuk menentukan sejauhmana mencapai tujuan pembelajaran. Secara lebih rinci, Phi Delta Kappa National Study Committee of Evaluation menguraikan pengertian evaluasi sebagai proses pen-carian, perolehan dan penyediaan informasi yang berguna bagi pertimbangan alternatif-alternatif keputusan. Pengertian ini berkaitan dengan tiga hal mendasar, yaitu: 1) evaluasi merupakan suatu proses sistematis yang berkelanjutan; 2) proses tersebut meliputi tiga langkah, yakni: (1) menyusun pertanyaan yang memerlukan jawaban dan informasi spesifik yang ingin diperoleh, (2) mengumpulkan data yang relevan, (3) menyajikan informasi yang di-hasilkan kepada pengambil keputusan yang akan mempertimbangkan dan menginterpretasikannya berkaitan dengan alternatif keputusan yang akan diambil; 3) evaluasi mendukung proses pem-buatan keputusan dengan menyediakan alternatif-alternatif yang terseleksi serta menidaklanjuti konsekuensi-konsekuensinya. Kalau kita merujuk pada apa yang telah diuraikan diatas, jika evaluasi sebagai penyedia informasi, maka evaluasi itupun merupakan proses analisis.
Evaluasi sebagai Analisis Rasional
Analisis ialah proses untuk mengetahui informasi yang telah dikumpulkan. Analisis termasuk mengolah data yang telah dikumpulkan untuk menentukan kesimpulan yang didukung data tersebut, seberapa banyak ia mendukung dan tidak mendukung kesimpulan. Tujuan analisis ialah membuat singkatan dari data dan menyimpulkan pesan-pesan yang ada di dalamnya sebagai informasi yang dapat dipakai sebagai dasar yang tentatif untuk keputusan. Kebanyakan analisis dilakukan bertahap, yaitu informasi diberi kode atau siatur sehingga mudah dimengerti (misalnya, ditulis berturut-turut menurut waktu, persentase, atau diattu nomor , dan lain-lain). Dengan melihat sekilas saja sudah dapat dimmengerti dan diketahui apakah diperlukan analisis-analisis yang lebih jauh, bila perlu, analisis yang bagaimana?. Gunakan analisis yang lebih rinci bila diperlukan(misalnya analisis nilai rata-rata, lembar jawaban, analisis konten, dan wawancara),.
Menafsirkan analisis data bukan hanya pekerjaan evaluator. Kebanyakan evaluator telah mengetahui bahwa menafsirkan dan meringkas hasil secara terpisah merupakan hal yang tidak praktis. Evaluator hanya memberikan pandangan saja dari sekian banyak pandangan, tetapi pada kenyataannya evaluator kurang siap untuk menerima pandangan lain dari orang yang masih mempunyai pandangan yang masih segar.
Kapan keputusan analisis dibuat? Dalam rencana suatu evaluasi beberapa masalah analisis ditentukan. Keputusan awal ini sehubungan dengan tujuan evaluasi. Misalnya, suatu evaluasi untuk menentukan apakah pendekatan latihan yang satu lebih baik daripada yang lain, dalam hal ini mungkin akan memakai semacam dampak strategi A dibandingkan dengan strategi B, selain dengan analisis komparatif juga dapat dipilih inovasi yang memakai analisis kualitatif. Kemudian dalam evaluasi, ketika memutuskan informasi yang akan dikumpulkan (tes, wawancara, observasi, dan sebagainya), juga diputuskan analisis yang akan dipakai.
Kemudian menentukan bagaimana mengatur dan menyimpan data apabila sudah terkumpul. Apabila informasi sudah terkumpul, wawancara dilengkapi, kuesioner dikembalikan, laporan observasi sudah siap, keputusan analisis dilihat kembali. Apakah informasi cukup bermutu untuk dianalisis? Dan apa artinya? Analisis berlanjut apabila data mulai masuk dari kumpulan informasi. Mula-mula data diatur dan diberi kode, kemudian diperiksa apakah sudah lengkap dan berguna untuk dianalisis atau tidak. Kemudian analisis yang telah ditentukan dimulai, dan sering berputar kembali untuk menambah pengumpulan informasi lagi.
Metode untuk menganalisis data dan menginterpretasi harus ditentukan pada saat membuat keputusan tentang bagaimana informasi akan dikumpulkan dan pertanyaan-pertanyaan apa yang akan dijawab oleh evaluasi. Semua kegiatan evaluasi ini bekerja sama. Tak ada satu aspek pun yang dilakukan tanpa menimbang yang lain, semua bagian berhubungan dengan seluruh tujuan evaluasi. Apabila memikirkan alternatif metode untuk menganalisis dan menginterpretasi data, evaluator harus bertanya pada diri sendiri sebagai berikut:
1. Metode analisis data dan interprestasi apa yang sesuai dengan pertanyaan yang akan dijawab, informasi yang akan dikumpulkan, dan metode yang akan dipakai untuk mengumpulkan informasi?
2. Metode analisis data dan interprestasi yang bagaimana yang mudah dimengerti dan dipercaya?
3. Untuk data kuantitatif, skala pengukuran apa yang akan dipakai, da metode apa yang tepat untuk itu?
4. Untuk data kualitatif, bagaimana observasi akan direkam?
5. Siapa yang akan dilibatkan dalam menginterprestasi hasil analisis data?
(Worthen. R. Blaine & James R. Sandera, 1988): Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, akan membantu evaluator memilih analisis data yang tepat dan metode interprestasi yang tepat. Pada saat permulaan atau pada tahap perencanaan, evaluator harus melibatkan konsultan teknik, seperti ahli statistik, bila perlu.
Banyak pakar maupun para ahli yang mencoba mendevinisikan tentang evaluasi kebijakan. Salah satu pakar yang mendevinisikan tentang evaluasi kebijakan ini adalah Thomas Dye. Ia menawarkan sebuah devinisi yang luas dan bagus saat dia mencatat bahwa evaluasi kebijakan adalah pembelajaran tentang konsekwensi dari kebijakan publik, Dye dalam (Wayne Parson, 547). Evaluasi kebijakan adalah pemeriksaan yang objektif, sistematis dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap targetnya dari segi tujuannya yang ingin dicapai.
0 komentar on Hubungan Analisis dan Evaluasi :
Posting Komentar