
Sampai saat ini belum ada yang layak dijadikan rujukan bagaimana sistem penanggalan yang menggunakan sistem solar ini ditemukan. Namun ada sebuah legenda yang mengungkapkan bahwa penemuan sistem penanggalan cina ini berawal dari kisah masa silam. Konon pada masa silam seorang pemuda bernama wanian, pada sebuah kesempatan ia duduk istrahat disebuah pohon. Wanian muda melihat bayangan pohon tempat ia bernaung bergerak dengan perlahan dan secara teratur sesuai dengan pergerakan matahari. Melihat pergerakan ini, Wanian terinspirasi membuat alat ukur waktu dengan menggunakan tongkat, namun temuan wanian ini memiliki keterbatasan karena hanya berfungsi ketika matahari sedang tidak tertutup awan. Keterbatasan ini memaksa Wanian untuk berpikir bagaimana menemukan sebuah alat ukur waktu yang tidak bergantung pada cahaya matahari. Kemudian wanian membuat semacam jam dengan mempergunakan sebuah jar yang diletakan sedemikian rupa sehingga air didalam jar akan menetes perlahan dengan interval yang dapat diatur.
Ditempat lain pada waktu yang bersamaan dengan wanian menemukan alat ukur waktu, Raja Zuyi sedang mencemaskan bencana alam yang melanda negeri yang ia pimpin. Sang raja Zuyi merasa optimis bahwa bencana alam yang melanda negerinya bisa bisa diantisipasi dengan cara memprediksi cuaca. Oleh salah seorang menterinya bernama A Heng kemudian mengusulkan untuk mengadakan upacara sembahyang pada langit, konon Kaisar Giok minta sogokan kalau sogokan tidak diberikan maka dewa giok akan menurunkan bencana yang lebih hebat lagi. Raja zuyi kemudian menerima usulan sang menteri namun bencana alam tetap saja terjadi.

Apa yang diciptakan oleh wanian ini merupakan awal perhitungan sistem kalender dunia yang dikenal saat ini. Penanggalan ini kemudian menempatkan tanggal awal mula perayaan musim semi yang kemudian dirayakan setiap tahun sebagai tahun baru imlek. Hingga saat ini perayaan imlek masih dilangsungkan setiap tahun awal musim semi. Karena seperlima dari penghuni bumi adalah bangsa cina, maka perayaan tahun baru imlek menggemuruh karena dirayakan oleh seluruh pelosok dunia dimana terdapat orang cina. Mungkin karena sebagian besar penghuni bumi di warnai oleh orang cina maka budaya mereka terawetkan dengan baik.
Terlepas dari penemuan wanian, perayaan imlek menyimpan berbagai makna yang sangat dalam. Dalam perayaan imlek menempatkan kasih sebagai faktor pemersatu kehidupan, dimana kasih ini tidak hanya dalam wujud sesama tapi juga makna kasih dalam imlek merangkum realitas kehidupan secara keseluruhan. Realitas kehidupan ini adalah sesuatu yang harus disatukan, disemangati, dan ditumbuhkan dengan kasih. Menumbuhkan kasih dalam imlek bukan sekedar sebuah ungkapan saja tapi lebih pada membahasakan kehidupan yang berkualitas dengan realitas perbuatan. Realitas kehidupan yang dipersatukan kasih ini kemudian menjadi pengalaman kasih yang tercerahkan dan membahagiakan serta terbagikan kepada orang lain.
Gong Xi Fa Chai
Malang, 21 Januari 2012
0 komentar on Imlek, Tradisi Purba Yang Terawetkan :
Posting Komentar