Ungkapan yang paling sering kita dengar mengatakan bahwa hidup ini adalah perjuangan, namun perjuangan mengarungi hidup tanpa didasari oleh cinta hanya akan membuat seseorang merasa terbebani. Tanpa amunisi cinta, perjuangan hidup terasa melelahkan dan hanya menjadikan kita seorang pengeluh hebat yang lihai mencari pembenaran atas setiap keluhan yang kita lontarkan. Sebuah ungkapan bijak yang pernah saya dengar mengatakan bahwa cintailah apapun yang anda kerjakan, dengan begitu kelelahan enggan menyapa kita. Saya kira ungkapan ini ada benarnya, sebagaimana sebuah kisah yang saya baca 24 tahun lalu dimana dengan cinta seorang nenek melubangi gunung hanya untuk menemukan sumber air, dengan cinta seorang ibu hanya bersenjatakan sepotong ranting melawan 7 ekor singa hanya untuk menyelamatkan anak yang dicintainya dari santapan sang singa. Dengan alasan cinta tanah air, para pendahulu bangsa ini hanya dengan bersenjatakan bambu runcing berhasil mengusir para penjajah.
Tidak sedikit orang didunia ini yang ingin hidup nyaman, enak dan menikmati hidup tanpa sebuah perjuangan seolah hidup itu adalah sebuah taman surga yang segalanya serba tersedia, yang cukup dengan merasakan lapar, menu paling enakpun langsung tersedia. Sebagai seorang pengeluh dan pengimpi, saya pun menginginkan kehidupan yang serba instan tersebut, sehingga kadang ketika terbentur dengan beban pekerjaan, saya mengeluh dan memaki pekerjaan dan tugas yang diberikan kepada saya karena Saya tidak ingin zona nyaman saya terganggu oleh siapapun, persoalan apapun dan lain sebagainya.
Namun cara saya melihat kehidupan berubah ketika melihat perjuangan hidup seorang wanita single parent yang berjuang menafkahi anak-anaknya dengan berangkat kerja subuh saat orang masih lelap dalam mimpi. Bahkan saat pulangpun masih bisa mengerjakan pekerjaan lain dan mengatur rumah tangga dengan tenaga yang tersedia, walaupun kadang diwajahnya terlihat sedikit lesu dan kelelahan namun tidak pernah sekalipun saya mendengar sebuah keluhan dan makian atas sulitnya kehidupan yang terucap. Semangat dan sikap tegarnya menjadi bahan bakar yang membuatku bisa bertahan dari setiap kesulitan. Saya melihat bahwa kecintaan seorang ibu terhadap anak-anaknya yang begitu besar menjadi sebuah sikap tegar untuk menaklukan kerasnya kehidupan kota yang kejam dan penuh dengan tingkat persaingan yang tinggi dan membutuhkan daya tahan yang luar biasa agar bisa bertahan dan tidak tersingkir dari kehidupan. Melihat realitas ini membuat saya berpikir bahwa anggapan selama ini yang mengatakan bahwa wanita merupakan kaum yang lemah adalah sangat menyesatkan.
Belajar hidup dari cinta para ibu kadang membuat kita menemukan sesuatu yang luar biasa dibalik sikap lembut mereka. Kelembutan seorang ibu mengandung gumpalan-gumpalan kekuatan yang mengalir dengan gemulai namun memiliki daya dobrak yang dahsyat. Kelembutan mereka membuat kaum ibu bisa mengapungkan diri dengan indah dalam samudera kehidupan hingga batas terjauh kehidupan yang membahagiakan.
Gang V/250, 29 juli 2010
0 komentar on Belajar Hidup Dari Cinta Para Ibu :
Posting Komentar