3 Tahun Sudah aku hidup di kota Makassar, menimba Ilmu jauh-jauh dari kampung halaman. Saya sendiri berasal dari kota Palopo (sul-sel), Lokasinya sekitar 400 Km ke arah Utara Kota Makassar Sulawesi selatan.
Banyak hal yang membuat aku memilih kota Makassar sebagai tempat menimba ilmu. Salah satunya karena pendidikannya yang lebih maju dibanding kampung saya. Seperti anak-anak rantau lainnya aku juga diberikan wejangan-wejangan sebelum berangkat ke kota Makassar. Salah satu yang baru aku tahu adalah larangan untuk bergaul dengan anak Makassar. Aku sempat bertanya di dalam harti. kenapa ? kok begitu?. Katanya orang Makassar itu punya watak yang kurang baik alias suka kasar.
Hari-hari menjelang keberangkatan ke kota Makassar, Bayang-bayang itu selalu muncul di benakku. Kalau saya dilarang bergaul dengan orang Makassar, lantas saya bergaulnya dengan siapa nantinya?. Apa yang mesti aku lakukan di Makassar nanti?
Waktupun berlalu menjadi seorang mahasiswa. Saya selalu menuruti pesan-pesan dari kampus saya agar tidak bergaul dengan orang Makassar. Dan ternyata banyak kekacauan yang terjadi dimakassar, mulai dari perkelahian, bentrokan, penganiayaan dan masih banyak lagi. Ditambah lagi dengan media yang banyak memberitakan secara detil semua kejadian mengerikan tersebut.
Diantara semua kejadian tersebut saya merasakan kejanggalan. Semua kejadian buruk tersebut emang terjadi di kota Makassar, tetapi pelakunya ternyata bukan warga asli kota Makassar. Sebagian besar pelaku tersebut ternyata adalah pendatang yang hidup menetap di kota Makassar. Memang kota Makassar adalah sentral bagi warga Sulawesi, hampir tiap daerah di Sulawesi memiliki perwakilan yang tinggal dari daerah, mulai dari mahasiswa dan pekerja semuanya berkumpul disini .
Banyak pikiran! Itulah mungkin kata yang dapat saya berikan sehubungan dengan julukan kota Makassar terkenal kasar. Menurut opini saya kekacauan yang terjadi dikota Makassar disebabkan karena berkumpulnya beragam jenis masyarakat yang berasal dari daerah-daerah yang berbeda-beda, dimana kesemuanya memiliki budaya asli yang berbeda-beda pula. Tetapi sebenarnya orang Makassar asli tidak demikian adanya sebab mereka menganut budaya sirri yang dianut secara turun-menurun. Itulah opini dan teoriku.
Saya punya pengalaman untuk membuktikan dan membenarkan istilah Makassar tidak kasar, dan lebih tepat kalau disebut Makassar Kota Damai Penuh Kenyamanan.
Makassar Kota Damai Penuh Kenyamanan
Beberapa waktu lalu saya menghadiri event Blogger Nusantara di kabupaten Sidoarjo, selama 4 hari saya berada disana. Itulah pertama kalinya saya menginjakkan kaki di tanah jawa. Saya penasaran juga dengan cerita orang selama ini mengenai kota Makassar. Selama di jawa saya sempat tanya jawab dengan masyarakat di Sidoarjo tentang Makassar, saya memberanikan diri bertanya mulai dari kalangan masyarakat biasa sampai kepada mahasiswa
Beginilah Kurang lebih beginilah dialog saya
S = Saya
M1 = masyarakat
M2 = Mahasiswa
S = Mas, gimana sikap orang-orang Makassar yang tinggal disini? Sikapnya baik apa nggak? M1= “mmmm, saya gak pernah perhatikan, tapi biasa aja sasma dengan pendatang yang lainnya”
Saya masih belum puas dengan jawaban itu, saya kemudian bertanya kepada salah satu mahasiswa perguruan tinggi negeri kota Surabaya.
S = Mas, banyak nggak temannya orang Makassar?
M2= “mmm, gak banyak mas, cuman beberapa orang aja, tapi kalau dikampus saya lumayanlah yang dari Makassar.
S = Owh. Kalau disini Makassar dikenal apanya mas? Tawurannya atau apanya mas?.
M2 = Mmm “ gak ada sich, sikap ank-anak Makassar juga baik kok”.
Sebenarnya ada banyak orang yang sempat saya interogasi, tapi saya merasa kurang puas dengan jawaban mereka.
Setelah acara blogger nusantara berakhir, saya akhirnya pulang kembali ke kota Makassar, kebetulan saja saya pulangnya sendirian tanpa penjemput. Sayapun mencoba teori-teori saya, saya mencoba mencari sebuah ojek yang dapat mengantarkan saya untuk kembali ke rumah saya.Untungnya saya dapat tukang ojek yang merupakan warga asli kota Makassar, jadai bisa bertantya banyak, hehehehe.
Seperti pendatang baru saya mencoba berbicara dengan logat jawa (padahal cuman 3 hari di jawa) hehehe. Saya ngobrol-ngobrol dengan tukang ojek tersebut, tanya sana-tanya sini Tanya ini Tanya itu, hehehe. Kesimpulan saya ternyata orang asli Makassar ramah dalam menyambut tamu pendatang baru, beda sekali dengan cerita yang saya dengar selama ini. Tukang ojek tersebut benar-benar memberikan saya kenyamanan
Tips tinggal di makassar
Seperti biasa saya selalu berbagi tips kepada para pembaca. Tips kali ini adalah bagaimana agar bisa hidup nyaman di kota Makassar dan juga didaerah orang lain. Tipsnya yaitu pakailah prinsip, dimana kaki berpijak disitu langit dijunjung. Artinya bahwa dimanapun kita berada ikutilah tradisi di daerah tempat kita tinggal, siapapun kita jangan pernah bawa tradisi yang ada didaerah kita ketempat baru kita, sebab itu akan menjadi sebuah malapetaka hidup. Biasanya orang tetap membawa kebiasaannya yang lama kedaerah yang baru tidak akan merasa cocok dengan tersebut.
Banyak hal yang membuat aku memilih kota Makassar sebagai tempat menimba ilmu. Salah satunya karena pendidikannya yang lebih maju dibanding kampung saya. Seperti anak-anak rantau lainnya aku juga diberikan wejangan-wejangan sebelum berangkat ke kota Makassar. Salah satu yang baru aku tahu adalah larangan untuk bergaul dengan anak Makassar. Aku sempat bertanya di dalam harti. kenapa ? kok begitu?. Katanya orang Makassar itu punya watak yang kurang baik alias suka kasar.
Hari-hari menjelang keberangkatan ke kota Makassar, Bayang-bayang itu selalu muncul di benakku. Kalau saya dilarang bergaul dengan orang Makassar, lantas saya bergaulnya dengan siapa nantinya?. Apa yang mesti aku lakukan di Makassar nanti?
Waktupun berlalu menjadi seorang mahasiswa. Saya selalu menuruti pesan-pesan dari kampus saya agar tidak bergaul dengan orang Makassar. Dan ternyata banyak kekacauan yang terjadi dimakassar, mulai dari perkelahian, bentrokan, penganiayaan dan masih banyak lagi. Ditambah lagi dengan media yang banyak memberitakan secara detil semua kejadian mengerikan tersebut.
Diantara semua kejadian tersebut saya merasakan kejanggalan. Semua kejadian buruk tersebut emang terjadi di kota Makassar, tetapi pelakunya ternyata bukan warga asli kota Makassar. Sebagian besar pelaku tersebut ternyata adalah pendatang yang hidup menetap di kota Makassar. Memang kota Makassar adalah sentral bagi warga Sulawesi, hampir tiap daerah di Sulawesi memiliki perwakilan yang tinggal dari daerah, mulai dari mahasiswa dan pekerja semuanya berkumpul disini .
Banyak pikiran! Itulah mungkin kata yang dapat saya berikan sehubungan dengan julukan kota Makassar terkenal kasar. Menurut opini saya kekacauan yang terjadi dikota Makassar disebabkan karena berkumpulnya beragam jenis masyarakat yang berasal dari daerah-daerah yang berbeda-beda, dimana kesemuanya memiliki budaya asli yang berbeda-beda pula. Tetapi sebenarnya orang Makassar asli tidak demikian adanya sebab mereka menganut budaya sirri yang dianut secara turun-menurun. Itulah opini dan teoriku.
Saya punya pengalaman untuk membuktikan dan membenarkan istilah Makassar tidak kasar, dan lebih tepat kalau disebut Makassar Kota Damai Penuh Kenyamanan.
Makassar Kota Damai Penuh Kenyamanan
Beberapa waktu lalu saya menghadiri event Blogger Nusantara di kabupaten Sidoarjo, selama 4 hari saya berada disana. Itulah pertama kalinya saya menginjakkan kaki di tanah jawa. Saya penasaran juga dengan cerita orang selama ini mengenai kota Makassar. Selama di jawa saya sempat tanya jawab dengan masyarakat di Sidoarjo tentang Makassar, saya memberanikan diri bertanya mulai dari kalangan masyarakat biasa sampai kepada mahasiswa
Beginilah Kurang lebih beginilah dialog saya
S = Saya
M1 = masyarakat
M2 = Mahasiswa
S = Mas, gimana sikap orang-orang Makassar yang tinggal disini? Sikapnya baik apa nggak? M1= “mmmm, saya gak pernah perhatikan, tapi biasa aja sasma dengan pendatang yang lainnya”
Saya masih belum puas dengan jawaban itu, saya kemudian bertanya kepada salah satu mahasiswa perguruan tinggi negeri kota Surabaya.
S = Mas, banyak nggak temannya orang Makassar?
M2= “mmm, gak banyak mas, cuman beberapa orang aja, tapi kalau dikampus saya lumayanlah yang dari Makassar.
S = Owh. Kalau disini Makassar dikenal apanya mas? Tawurannya atau apanya mas?.
M2 = Mmm “ gak ada sich, sikap ank-anak Makassar juga baik kok”.
Sebenarnya ada banyak orang yang sempat saya interogasi, tapi saya merasa kurang puas dengan jawaban mereka.
Setelah acara blogger nusantara berakhir, saya akhirnya pulang kembali ke kota Makassar, kebetulan saja saya pulangnya sendirian tanpa penjemput. Sayapun mencoba teori-teori saya, saya mencoba mencari sebuah ojek yang dapat mengantarkan saya untuk kembali ke rumah saya.Untungnya saya dapat tukang ojek yang merupakan warga asli kota Makassar, jadai bisa bertantya banyak, hehehehe.
Seperti pendatang baru saya mencoba berbicara dengan logat jawa (padahal cuman 3 hari di jawa) hehehe. Saya ngobrol-ngobrol dengan tukang ojek tersebut, tanya sana-tanya sini Tanya ini Tanya itu, hehehe. Kesimpulan saya ternyata orang asli Makassar ramah dalam menyambut tamu pendatang baru, beda sekali dengan cerita yang saya dengar selama ini. Tukang ojek tersebut benar-benar memberikan saya kenyamanan
Tips tinggal di makassar
Seperti biasa saya selalu berbagi tips kepada para pembaca. Tips kali ini adalah bagaimana agar bisa hidup nyaman di kota Makassar dan juga didaerah orang lain. Tipsnya yaitu pakailah prinsip, dimana kaki berpijak disitu langit dijunjung. Artinya bahwa dimanapun kita berada ikutilah tradisi di daerah tempat kita tinggal, siapapun kita jangan pernah bawa tradisi yang ada didaerah kita ketempat baru kita, sebab itu akan menjadi sebuah malapetaka hidup. Biasanya orang tetap membawa kebiasaannya yang lama kedaerah yang baru tidak akan merasa cocok dengan tersebut.