Bengkel Spesialis Mercedes-Benz, Sekadar Diskusi Hingga Reparasi
Jakarta - Sosoknya ramah kepada siapa saja. Itu salah satu yang membuat Otte Hans Kawulusan cepat akrab dengan siapa saja, termasuk yang baru dikenal sekalipun. Tapi, kalau Otte tidak mau diekspos sebagai ahli mobil Mercedes-Benz dan pemilik Otte Auto Repair di bilangan Arteri Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakarta Barat memiliki alasan tersendiri. "Saya nggak terlalu repot. Sedikit juga nggak apa-apa yang penting rutin aja," ungkap Otte.
Sikapnya itu bukan berarti tertutup. Pria berdarah Manado yang kini berusia 48 tahun ini sangat terbuka ketika ditanya soal sepak terjangnya mengoprek mesin Eropa, utama Mercedes-Benz.
Mobil PT Cruiser atau Morris yang baru juga datang ke sini. Ya, pada dasarnya yang datang ke sini jarang yang kecewa. Selalu saja ada solusi untuk kendaraan yang dibawa ke Otte Auto Repair," senyum Otte.
Ditanya apa kira-kira yang membuat pelanggan yang datang ke bengkelnya merasa puas? Ayah dua anak ini agak susah mendeskripsikan. Hanya saja, di sini pemilik mobil bisa bertanya dan berdiskusi apa saja seputar keluhan pada mobilnya.
"Dan yang bersangkutan bisa melihat langsung saya dan montir bekerja terhadap mobilnya. Kalau di bengkel besar mungkin pemilik dipersilakan di ruang tunggu, lalu tahu-tahu muncul estimasi ongkos servis kan," lanjutnya.
Biasanya, yang datang ke Otte Auto Repair datang lagi. Seperti Anton, pemilik BMW seri 5 yang telah 3 tahun terakhir menjadi pelanggan Otte.
"Suasananya enak meski bengkelnya terkesan kecil dan seadanya. Soale Pak Otte sangat jelas kalau menerangkan masalah pada mobil saya. Dan yang paling utama, selalu ada solusi untuk kendala pada mobil saya. Jangan lihat bengkelnya kecil, Pak Otte telah menggunakan serbakomputer loh," ungkap warga Puri Kembangan, Jakarta Barat ini.
Otte sendiri membuka bengkel setelah berkelana sebagai montir di beberapa ATPM. Sempat di BMW ketika masih di grup Astra Internasional sebelum malang-melintang di bengkel Star Motor. S
alah satu alasannya membuka bengkel sendiri karena ingin mandiri dan bosan jadi karyawan. Menantu dari Piet Warbung, mantan wartawan senior KOMPAS ini justru memilih saat terjadi krisis ekonomi pada 1998 untuk membuka usaha bengkelnya.
Meski melayani body repair, suspensi hingga tune up, boleh dibilang Otte spesialis mengoprek mesin mobil Eropa. Soal bengkelnya yang tetap dibiarkan kecil dan tak memiliki tempat parkir yang memadai, Otte punya alasan sendiri.
"Sebetulnya ya ingin bisa lebih besar. Tapi, kebanyakan tanah di sini masih dengan girik, belum sertifikat. Saya nggak berani. Makanya saya menyewa lahan di dekat Pos Pangumben yang juga membuka usaha cuci mobil yang bisa menampung mobil dalam jumlah hingga belasan," tuturnya.
Bengkelnya yang hanya muat 4 mobil itu memang kontras dengan mobil yang masuk bengkel Otte Auto Repair yang kebanyakan mobil mewah sekelas Mercedes-Benz, BMW atau Volvo keluaran terbaru.
Namun itulah kesetiaan Otte terhadap keahlian yang dimilikinya. Termasuk 12 montir yang mengikutinya dan rata-rata telah ‘mengabdi' sejak lama. Karena bagi Otte, memintarkan mekanik atau montir merupakan tugas penting juga.
Sekali lagi kenapa Otte tidak mau dipasang fotonya, salah satunya karena ia tetap menerapkan sikap rendah hati. "Mestinya ada ahli Mercy yang lebih baik daripada saya tak jauh dari sini. Namanya Pak Amir. Dia mestinya yang lebih layak diekspose," ungkap Otte.