Membungkam Egois Dengan Keterbukaan Pikiran




Tidak sedikit orang yang mendewakan pemikiran mereka sendiri hingga sebuah kebenaran hanya akan menjadi benar ketika sesuai dengan konsep yang mereka olah dalam pemikiran sendiri. Walaupun kadang pemikiran itu adalah sebuah pemikiran yang selamanya terperangkap dalam pandangan-pandangan egois pribadi. Dan secara pribadi setiap orang kalau kita mengacu pada pandangan rasional choice (pilihan rasional) tentu ini merupakan sebuah kebenaran. Karena setiap orang berpikir dan bertindak berdasarkan pilihan rasional masing-masing. Sehingga setiap tindakan yang diambil adalah sesuatu yang rasional walaupun pilihan ini bukan sesuatu yang rasional bagi orang lain dalam artian bahwa pilihan rasional mereka adalah pilihan rasional bounded dimana pilihan rasional ini masih dibatasi oleh pilihan rasional dalam pandangan orang lain.

Cepatnya perubahan dan informasi yang setiap saat terjadi merupakan hal yang mendasari rasionalitas seseorang. Apa yang dianggap rasional saat ini dalam hitungan detik bisa menjadi sesuatu yang tidak rasional lagi, begitu juga sebaliknya sesuatu yang dianggap salah dalam konteks tertentu bisa menjadi sesuatu yang benar.  Mengingat spontanitas perubahan terus berlangsung setiap detik, setiap menit dan setiap jam. Sehingga kebenaran akan menjadi benar apabila berada pada posisi yang tepat dan disaat yang benar. Sehingga adalah sesuatu yang sulit menentukan kebenaran dalam pandangan ilmu-ilmu sosial. Untuk itu keterbukaan dan  kelenturan terhadap informasi akan membuat seseorang untuk tidak kaku terhadap apapun yang diketahuinya. Sehingga sesuatu itu tidak dianggap sebagai kebenaran mutlak.

Namun masih banyak orang yang masih berpegang pada pola lama, dimana apa yang dianggapnya benar maka selamanya adalah sesuatu yang benar. Bagi mereka otak tidak ubahnya sebuah museum penyimpanan tempat penyimpanan benda-benda kuno yang semakin lama akan semakin memiliki nilai yang tinggi. Mereka menganggap bahwa perubahan akan melenyapkan kebenaran yang mereka yakini selama ini. Pada hal kebenaran itu selalu dan selamanya akan menjadi benar, dan yang benar itu menjadi salah karena proses untuk mencapai kebenaran itu yang salah bukannya kebenaran itu sendiri yang salah. Apabila orang sudah berpikir semacam ini, yang meletakan sisi rasionalitas pada prasangka-prasangka maka akan memudarkan dan mengalihkan sisi rasionalitas mereka.

Di Indonesia cukup banyak orang pintar, dan tidak sedikit yang menduduki posisi-posisi bergengsi baik dalam pemerintahan, perusahaan dan lain sebagainya. Namun sedikit dari mereka yang menjadi pembaharu dalam organisasi yang mereka pimpin. Sebab kebanyakan dari mereka hanya menilai penting kebenaran individu daripada melihat apa yang menjadi kebenaran umum. Mereka hanya menganggap batas kebenaran adalah pada bidang ilmu yang mereka geluti, sehingga mereka hanya mengurung diri pada batas-batas yang mereka anggap benar dan ini menjadikan mereka enggan untuk berinteraksi dengan disiplin ilmu-ilmu yang lain maupun kelompok lain. Pada hal tanpa interaksi dengan orang lain, dengan kelompok lain dan disiplin diluar keilmuannya, setiap kebenaran akan kehilangan makna, tidak bergigi dan memudarkan manfaat kebenaran itu sendiri.

Dalam eksplorasi kehidupan kita akan membutuhkan penyegaran, dimana penyegaran ini adalah dalam bentuk melakukan pembaharuan. Namun kita seringkali dibenturkan maupun berbenturan dengan sendirinya dalam upaya kita melakukan pembaharuan-pembaharuan. Kita dalam melakukan pembaharuan akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok penjaga pusaka pikiran usang. Dimana pikiran usang mereka cenderung konvensional dan hanya mampu melihat seperti apa saat ini dan disini.  Mereka tidak melihat sejauh mana pikiran-pikiran orang lain walaupun terkadang mereka akan mengikuti kalau sudah melihat hasil dari pemikiran orang lain. Mengenai hal ini, pernah dikeluhkan oleh orang sekelas Albert Einstein dimana Albert Einstein pernah berucap bahwa, kalau terbukti teori saya benar maka orang-orang swis akan menganggap saya sebagai warga dunia, dan orang jerman akan mengakui saya sebagai warga jerman. Tapi seandainya teori saya salah maka orang swis akan mengklaim saya sebagai warga jerman dan orang jerman akan mengklaim saya sebagai warga yahudi.

Membiarkan pikiran kita terbuka terhadap berbagai informasi maupun perkembangan merupakan sebuah modal, karena pada umumnya pikiran setiap orang adalah seperti sebuah parasut. Dimana sebuah parasut akan berkerja apabila ia sudah terbuka. Dan manusia dengan pikiran usang adalah mereka yang membiarkan pikiran mereka tertutup dan tidak mau menerima perubahan dan informasi yang terjadi. Setiap perubahan dan pemikiran orang lain dinilai sebagai sesuatu yang menyesatkan tanpa melihat dan memahami arah pemikiran orang lain. Orang dengan pemikiran tertutup ini cenderung menganggap orang lain sebagai orang yang menghancukan tatanan nilai-nilai lama dan sulit menerka arah pemikiran orang lain.

Membuka diri terhadap informasi dan perubahan akan membawa seseorang pada penemuan dan penciptaan konsep yang tepat akan sebuah kebenaran.  Dan menutup diri terhadap informasi dan perubahan hanya akan membuat seseorang seperti dalam sebuah penjara tanpa jendela. Walaupun Kita semua pada dasarnya seperti berada dalam sebuah penjara berjendela, hanya sebagian yang membuka jendela dan sebagian yang lain tetap menutup jendela penjara mereka, sehingga mereka selamnya berada dalam kegelapan. Sementara yang membuka jendela penjaranya adalah mereka yang melihat berbagi keindahan yang berada diluar penjara.


Malang, 18 September 2011
Gang 19 Kav. 7/7

0 komentar on Membungkam Egois Dengan Keterbukaan Pikiran :

Posting Komentar