Duka Itu Menyapa Dari Jauh

Saat lagi asik membaca buku, tiba-tiba sebuah panggilan terlihat pada layar HP Sejenak saya menghentikan kegiatan baca untuk mengangkat telpon, pada layar tertulis nama sosok yang saya kenal. Saat usai mengatakan halo, suara diseberang seperti tercekat dan ragu dia harus mengucapkan apa. Secara psikologis dari bahasa tubuh yang diperagakan saya sudah menduga bahwa ada sesuatu yang tidak mengenakan yang akan dia sampaikan namun dia bingung menentukan cara terbaik yang bagaimana yang dia harus tempuh untuk mengungkapkan apa yang akan dia sampaikan. Saya tidak mendesak dia untuk menyampaikan apa yang hendak dia sampaikan, saya memilih untuk menunggu berita yang akan disampaikan. Setelah menunggu beberapa saat, dia sudah bisa menguasai diri, perlahan dia mengatakan tiga kata dia sudah dipanggil. Bahasa seperti ini adalah bahasa yang sudah sering saya dengar, walaupun bahasa ini sedikit dimodifikasi agar yang mendengar tidak terlalu kaget namun bahasa ini telah menjadi bahasa umum yang memiliki makna lain. Makna yang sudah dipahami orang banyak dan tidak mengandung makna mendua karena bahasa seperti ini sudah memiliki arti khas yang dipahami khalayak banyak.

Saat mendengar kabar tersebut yang saya pikirkan adalah ucapan terakhir yang sempat dia ucapkan saat bertanya kepada saya, kenapa sekolah terus dan kapan berhenti sekolah serta kenapa sekolahnya harus jauh sekali. Mungkin kata itu menjadi sesuatu yang membekas buat saya karena ternyata pertanyaan itu adalah pertanyaan terakhir karena pertanyaan itu adalah pertanyaan perpisahan sebelum kemudian bibir itu menjadi tekatup untuk selamanya. Sebagai seorang yang dibesarkan dan merasakan kasih sayang masa kecil tentu berita itu cukup mengagetkan.  Sering kali rangkaian kisah silam dalam hidup menjadi sesuatu yang teramat pedih ketika kematian menjadi batasan bagi kita untuk menumbuhkan lembaran daun-daun kehidupan menjadi kisah yang indah. Kematian, mesti kita memahaminya sebagai sebuah kepastian, tetapi ditinggalkan orang-orang yang kita cintai tetap saja meninggalkan duka yang teramat dalam. Bagi orang beriman yang menjadikan cinta dan ridha Rabbnya sebagai tujuan, tiada lagi pilihan kecuali ikhlas, sabar, ridha dan selalu mensyukuri setiap takdir kehidupan. Semoga Dia Yang Maha Pengasih dan Penyayang selalu mencintai kita.

Berbeda dengan kelahiran yang selalu mendapatkan ucapan selamat, kematian selalu meninggalkan rasa duka yang mendalam bagi siapapun yang ditinggalkan. Berita kematian biasanya mampu mengubah air muka seseorang dengan cepat, tadinya ceria untuk kemudian secara mendadak berubah menjadi sedih. Rasa duka dari mereka akan sangat terasa ketika jalinan rasa antara mereka sangat yang berinteraksi dalam romantisme keserasian dan kebersamaan dalam perjalanan hidup yang pada akhirnya akan menjadi patahan-patahan kisah yang menumpahakan air bening kesedihan dan keharuan pada telaga bening mata yang sembab. Setiap tumpahan air kesedihan ini membawa gambaran yang bening untuk kemudian mengurai kisah-kisah silam yang telah terlewati dengan sistematis. Pedih, perih, dan pilu adalah hal yang memenuhi ruang hati saat orang-orang yang kita cintai pergi meninggalkan alam fana ini. Duka yang kita rasakan amat dalam. Rasa kehilangan pun tak henti-henti menghinggapi. Mata pun sembab karena tangisan yang terus mengalir. Semua perasaan yang wajar terjadi.

Sebagai penawar maka kita harus mengembalikan segala sesuatu kepada-Nya. Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un. Sesungguhnya kita milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Kalimat singkat ini bukanlah kalimat biasa buat saya, kalimat ini mengandung makna yang begitu dalam. Kalimat ini layaknya suar yang menerangi kita saat hati larut dalam duka. Kalimat ini adalah kalimat yang memunculkan kembali kesadaran kita akan hakikat kehidupan ini dan apa-apa yang kita miliki. Kalimat yang akan mampu menguatkan jiwa kita. Seduka apapun yang dialami tentu itu bukan sesuatu yang kemudian menjadikan segalanya terasa suram untuk terus mengahyutkan hidup pada lautan duka. Karena kematian adalah hal yang tidak pernah bisa dihindari.

Semoga amal ibadahmu diterima disisi-Nya


Malang, 15 Februari 2012.

0 komentar on Duka Itu Menyapa Dari Jauh :

Posting Komentar