Prambanan Saat Pagi

Candi Prambanan

Pagi di Candi Prambanan
Mencari jejak peradaban masa silam Nusantara.



Legenda Candi Prambanan

Pada jaman dahulu kala di Jawa Tengah terdapat sebuah kerajaan bernama Prambanan. Meski kerajaan Prambanan bukanlah kerajaan besar tapi rakyatnya hidup senang dan tentram karena dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana. Raja prambanan memiliki seorang putri yang sangat cantik dan dicintainya, bernama Roro Jonggrang. Kecantikan Roro Jonggrang sangat terkenal sehingga banyak pangeran yang ingin menikahinya, tapi belum ada yang berhasil memikat hati sang putri. Suatu hari kerajaan Prambanan dikejutkan dengan datangnya serangan dari pasukan kerajaan Pengging yang dipimpin seorang pemuda tampan bernama Bandung Bondowoso. Meski sudah bertahan sekuat tenaga, pasukan kerajaan Prambanan semakin terdesak oleh pasukan kerajaan Pengging, hingga akhirnya pasukan kerajaan Prambanan pun kalah. Sejak saat itu kerajaan Prambanan menjadi daerah jajahan kerajaan Pengging.

Di bawah kepemimpinan Bandung Bondowoso, rakyat Prambanan hidup menderita. Mereka ketakutan karena Bandung Bondowoso memerintah dengan tangan besi. Siapa pun yang berani melawannya pasti akan dihukum berat. Roro Jonggrang sangat sedih melihat penderitaan rakyatnya namun dia tidak bisa berbuat banyak. Sebenarnya Bandung Bondowoso sudah mendengar tentang kecantikan Roro Jonggrang, dan dia sangat tertarik untuk membuktikan kebenaran berita itu. Maka pagi itu, ketika Bandung Bondowoso datang ke prambanan untuk menagih upeti, dia menyempatkan diri untuk bertemu dengan Roro Jonggrang. Bandung Bondowoso melihat seorang gadis cantik sedang berada di taman. Sinar mentari pagi menyinari wajah cantik sang gadis, angin mempermainkan rambutnya yang panjang dan kemilau. “Apakah saya sedang bermimpi bertemu dengan bidadari yang turun dari kahyangan?” tanya Bandung Bondowoso.

Roro Jonggrang terkejut dan menghentikan keasyikannya memainkan bunga-bunga mawar di depannya. “Bukankah kamu Roro Jonggrang,” tanya Bandung Bondowoso. “Aku sudah mendengar tentang kecantikanmu dan sekarang aku sudah membuktikan sendiri. Kamu memang cantik. Kamu pantas untuk menjadi pendampingku. Maukah kau jadi permaisuriku?” Roro Jonggrang terpana mendengar permintaan Bandung Bondowoso yang tidak disangkanya. Dia bingung menjawabnya. Dia khawatir jika dia menolak keinginannya, Bandung Bondowoso akan menyakiti keluarga dan rakyat Prambanan. Namun dia juga tidak mau menyetujui keinginan Bandung Bondowoso yang bertabiat buruk itu. “Maafkan saya,” kata Roro Jonggrang. “Saya tidak bisa menjawabnya sekarang. Permintaanmu terlalu mendadak. Saya harus memikirkannya dulu.” “Apa yang harus dipikirkan lagi?” tanya Bandung Bondowoso. “Bukankah suatu kehormatan buatmu bisa menikahiku, Bandung Bondowoso, raja yang sakti mandraguna.” “Saya ingin mempersiapkan hati saya untuk bisa menerima posisi saya sebagai pendampingmu,” kata Roro Jonggrang diplomatis. “Oh baiklah kalau begitu,” kata Bandung Bondowoso. “Aku memberimu waktu 3 hari untuk mempersiapkan hatimu.”

Roro Jonggrang memeras otaknya untuk mencari jalan keluar bagaimana menolak permintaan Bandung Bondowoso. Dia memohon kepada Dewa untuk menolongnya. Akhirnya Roro Jonggrang mendapat ide. Maka pada hari yang dijanjikan, Roro Jonggrang menghadap Bandung Bondowoso. “Bagaimana? Apakah hatimu sudah siap untuk menjadi istriku?” tanya Bandung Bondowoso. “Saya bersedia menjadi istrimu,” kata Roro Jonggrang. “Ah, memang seharusnya begitu,” kata Bandung Bondowoso bangga. “Maaf, tapi bolehkah saya meminta sesuatu untuk hadiah perkawinan kita?” tanya Roro Jonggrang. “Hadiah? Oh, tentu saja. Kau boleh minta apa saja,” kata Bandung Bondowoso. “Saya ingin dibuatkan seribu candi,” kata Roro Jonggrang. “Dan karena anda terkenal sangat sakti, maka saya minta candi-candi tersebut harus sudah jadi dalam waktu satu malam saja. Jika tidak, maka kita tidak bisa menikah.” “Oh, kau ingin membuktikan kesaktianku? Baiklah aku akan membuatkan 1000 candi untukmu dalam waktu semalam saja,” kata Bandung Bondowoso.

Malam harinya, Bandung Bondowoso pergi menuju tanah lapang tempat dia akan membuat seribu candi. Dengan kesaktiannya, dia memanggil makhluk-makhluk halus untuk membantunya. Ribuan jin dan dedemit dengan segera datang menghadap Bandung Bondowoso. “Ada apa gerangan tuan memanggil kami?” tanya raja Jin. “Bantu aku membuat seribu candi! Dan harus sudah selesai sebelum fajar menyingsing.” Kata Bandung Bondowoso. “Baiklah, titah dilaksanakan,” seru para jin. Segera para jin berhamburan dan mulai mengangkati batu-batu besar dari gunung dan menyusunnya menjadi candi-candi yang indah. Tidak perlu waktu lama bagi para makhluk halus itu. Sebentar saja sebagian besar candi telah terbentuk, hanya tinggal beberapa candi saja, maka persyaratan Roro Jonggrang akan tepnuhi.

Sementara itu Roro Jonggrang diam-diam mengintip kegiatan Bandung Bondowoso. Dilihatnya batu-batu besar melayang-layang dan ratusan candi terbentuk dalam waktu sekejap. Roro Jonggrang khawatir Bandung Bondowoso akan bias menyelesaikan pekerjaannya. Maka bergegas dia kembali ke istana dan mengumpulkan para dayang. Roro Jonggrang menyuruh mereka untuk membakar jerami di sebelah timur dan menumbuk alu seolah-olah hari telah pagi. Para jin yang melihat semburat merah dan suara hiruk pikuk menyangka fajar telah hampir sampai. Mereka pun berhamburan menyelamatkan diri. Bandung Bondowoso berusaha menghentikan mereka, namun tidak berhasil. Dia merasa merasa marah karena tahu bahwa Roro Jonggrang telah menipunya.

Esok paginya Roro Jonggrang datang menemui Bandung Bondowoso untuk melihat hasil pekerjaannya. “Wahai raja yang sakti, bagaimana apakah kau telah berhasil membuatkanku seribu candi?” tanya Roro Jonggrang. “Aku pasti telah berhasil membuat seribu candi jika saja tidak ada orang yang berbuat curang,” sindir Bandung Bondowoso. Muka Roro Jonggrang memerah mendengar sindiran Bandung Bondowoso. “Jadi kau tidak berhasil menyelesaikannya?” tanya Roro Jonggrang. “Kalau begitu aku pun tidak bisa menjadi permaisurimu.” Bandung Bondowoso sangat marah mendengar perkataan Roro Jonggrang. “Kau telah berbuat curang,” kata Bandung Bondowoso. “Aku tidak akan memaafkanmu. Kau akan melengkapi candi-candi ini dan menjadi candi yang keseribu!”

Tiba-tiba kilat dan petir menyambar, dan di tempat berdirinya Roro Jonggrang kini berdiri sebuah candi. Candi-candi tersebut kini dikenal sebagai candi Prambanan. 
 
Sumber: http://ebook-bagus.blogspot.com/2010/07/roro-jonggrang-legenda-candi-prambanan.html


Prambanan, 17 Juni 2011

0 komentar on Prambanan Saat Pagi :

Posting Komentar