Imlek, Tradisi Purba Yang Terawetkan

Sebagai bangsa dengan peradaban tua, cina memiliki berbagai mahakarya agung untuk dipersembahkan sebagai warisan kejayaan masa silam yang gemilang. Bangsa yang mengawali peradabannya dari sungai hwang ho tersebut benar-benar adalah bangsa yang telah mampu mampu mangabadikan diri dengan mewariskan berbagai penemuan yang diwariskan secara temurun yang menjadikan masyarakat cina patut untuk bangga sebagai bangsa dengan peradaban yang besar. Bahkan setelah melintasi laut dan melampaui jarak dengan rentang waktu yang lamapun tidak memudarkan harta agung yang kepemilikannya sudah menjadi klaim bangsa cina. Sebuah penemuan baru bangsa cina yang hingga saat ini masih digunakan adalah sistem penanggalan. Sistem penanggalan bangsa cina ini telah berusia cukup lama, sekitar 3000 tahun sebelum masehi, sistem penanggalan yang menggunakan sistem solar ini telah mulai digunakan oleh bangsa cina. Dan hingga saat ini sistem penanggalan ini telah berumur sekitar 5000. Lima ribu tahun adalah waktu yang cukup lama namun jejak-jejak karya agung masa silam bangsa cina tetap terawetkan hingga saat ini. 

Sampai saat ini belum ada yang layak dijadikan rujukan bagaimana sistem penanggalan yang menggunakan sistem solar ini ditemukan. Namun ada sebuah legenda yang mengungkapkan bahwa penemuan sistem penanggalan cina ini berawal dari kisah masa silam. Konon pada masa silam seorang pemuda bernama wanian, pada sebuah kesempatan ia duduk istrahat disebuah pohon. Wanian muda melihat bayangan pohon tempat ia bernaung bergerak dengan perlahan dan secara teratur sesuai dengan pergerakan matahari. Melihat pergerakan ini, Wanian terinspirasi membuat alat ukur waktu dengan menggunakan tongkat, namun temuan wanian ini memiliki keterbatasan karena hanya berfungsi ketika matahari sedang tidak tertutup awan. Keterbatasan ini memaksa Wanian untuk berpikir bagaimana menemukan sebuah alat ukur waktu yang tidak bergantung pada cahaya matahari. Kemudian wanian membuat semacam jam dengan mempergunakan sebuah jar yang diletakan sedemikian rupa  sehingga air didalam jar akan menetes perlahan dengan interval yang dapat diatur.

Ditempat lain pada waktu yang bersamaan dengan wanian menemukan alat ukur waktu, Raja Zuyi sedang mencemaskan bencana alam yang melanda negeri yang ia pimpin. Sang raja Zuyi merasa optimis bahwa bencana alam yang melanda negerinya bisa bisa diantisipasi dengan cara memprediksi cuaca. Oleh salah seorang menterinya bernama A Heng kemudian mengusulkan untuk mengadakan upacara sembahyang pada langit, konon Kaisar Giok minta sogokan kalau sogokan tidak diberikan maka dewa giok akan menurunkan bencana yang lebih hebat lagi. Raja zuyi kemudian menerima usulan sang menteri namun bencana alam tetap saja terjadi.

Suatu waktu Wanian mendengar keresahan sang raja, wanian muda kemudian menemui raja zuyi dan menerangkan hasil penemuan dan observasinya yang membuat raja zuyi merasa terkesan. Kemudian raja zuyi mendirikan stasiun cuaca lengkap dengan alat ukur waktu yang membuat wanian kemudian menciptakan sistem penanggalan. Tidal lama kemudian sang raja memerintahkan menterinya untuk melihat hasil karya wanian. Sang menteri yang melihat hasil kerja wanian dan melihat catatan yang dibuat wanian. Melihat catatan tersebut sang menteri khawatir kalau prestasi yang dicapai wanian akan menyingkirkan Aheng dari jabatan menteri. Untuk menjaga jabatannya Aheng menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh wanian, namun rencana ini terbongkar sebelum berhasil membunuh wanian dan Aheng kemudian dihukum pacung. Setelah bertemu raja zuyi wanian menjelaskan bahwa ia telah berhasil menciptakan suatu hitungan tahun.

Apa yang diciptakan oleh wanian ini merupakan awal perhitungan sistem kalender dunia yang dikenal saat ini. Penanggalan ini kemudian menempatkan tanggal awal mula perayaan musim semi yang kemudian dirayakan setiap tahun sebagai tahun baru imlek. Hingga saat ini perayaan imlek masih dilangsungkan setiap tahun awal musim semi. Karena seperlima dari penghuni bumi adalah bangsa cina, maka perayaan tahun baru imlek menggemuruh karena dirayakan oleh seluruh pelosok dunia dimana terdapat orang cina. Mungkin karena sebagian besar penghuni bumi di warnai oleh orang cina maka budaya mereka terawetkan dengan baik.

Terlepas dari penemuan wanian, perayaan imlek menyimpan berbagai makna yang sangat dalam. Dalam perayaan imlek menempatkan kasih sebagai faktor pemersatu kehidupan, dimana kasih ini tidak hanya dalam wujud sesama tapi juga makna kasih dalam imlek merangkum realitas kehidupan secara keseluruhan. Realitas kehidupan ini adalah sesuatu yang harus disatukan, disemangati, dan ditumbuhkan dengan kasih. Menumbuhkan kasih dalam imlek bukan sekedar sebuah ungkapan saja tapi lebih pada membahasakan kehidupan yang berkualitas dengan realitas perbuatan. Realitas kehidupan yang dipersatukan kasih ini kemudian menjadi pengalaman kasih yang tercerahkan dan membahagiakan serta terbagikan kepada orang lain.

Gong Xi Fa Chai


Malang, 21 Januari 2012

0 komentar on Imlek, Tradisi Purba Yang Terawetkan :

Posting Komentar