Catatan Renungan Ramadhan 2




Membeningkan Hati Dengan Puasa

Puasa adalah ibadah yang penting bagi umat muslim, sehingga berbagai umat muslim di belahan dunia menantikan bulan yang suci ini. Puasa bagi umat muslim tentu bukan hanya sebatas sekuat apa seseorang menahan hawa nafsunya. Tapi puasa memiliki berbagai hikmah. Diantara hikmah puasa adalah agar supaya kita bisa menjernihkan hati dan pikiran. Karena selama puasa seseorang melatih diri untuk mengendalikan hawa nafsunya. Selama sebulan melatih diri mengendalikan hawa nafsu akan membuat pribadi seseorang tercerahkan, dengan puasa, seseorang  bisa membeningkan hati yang selama ini diliputi rasa iri, dengki dan lain sebagainya. Sehingga adalah sangat tepat kalau puasa adalah bulan untuk mendidik hati kita agar tidak terbuai untuk mengejar keinginan-keinginan duniawi. Sebuah pendapat yang pernah saya baca dimana seorang sufi mengatakan bahwa dunia ini seperti jembatan yang hanya akan menjadi sarana bagi kita untuk menyeberang dari satu sisi ke sisi yang lain jadi lebih lanjut sang sufi mengatakan bahwa apa untungnya membangun gedung mewah diatas sebuah jembatan.

Kebiasaan kita selama ini sebelum ramadhan kadang tidak terkedali dan cenderung ingin memuaskan hawa nafsunya merasa terlena dan terbuai untuk melakakukan apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. Kita mengejar keinginan-keinginan kita tanpa peduli dengan orang lain, kita hanya peduli bagaimana memenuhi kepentingan kita sendiri, memenuhi perut dengan makan dan minum. Pada hal mengisi perut dengan banyak makan dan minum hanya akan mengeraskan hati kita sehingga lalai dan tidak mau taat kepada perintah Allah SWT. Sebagaimana yang terdapat dalam sebuah hadist, bahwa Rasulullah -Shallallahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam bersabda: "Tidaklah seseorang anak adam itu memenuhi suatu bejana yang lebih jelek dari pada perut. Cukuplah bagi seseorang makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika terpaksa harus menambahnya, hendaknya sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk nafasnya." (HR. Imam Ahmad dll).


Nafsu perut adalah termasuk perusak yang amat besar. Karena nafsu ini pula Adam Alaihis Salam dikeluarkan dari surga. Dari nafsu perut pula muncul nafsu kemaluan dan kecenderungan kepada harta benda, dan akhirnya disusul dengan berbagai bencana yang banyak. Semua ini berasal dari kebiasaan memenuhi tuntutan perut. Sedikit makan itu melembutkan hati, menguatkan daya pikir, serta melemahkan hawa nafsu dan sifat marah. Sedangkan banyak makan akan mengakibatkan kebalikannya. Berkata Abu Sulaiman Ad-Darani Rahumahullah: Sesungguhnya jiwa apabila lapar dan haus menjadi jernih dan lembut hatinya dan apabila kenyang menjadi buta hatinya. Lapar yang melembutkan hati, yang saya maksud disini maksudnya adalah bukan sekedar merasa lapar. Tapi bagaimana kita bisa belajar dari rasa lapar yang kita rasakan selama menjalankan ibadah puasa. Dengan merasakan lapar bisa membuat kita toleran dan memahami kesulitan orang lain yang sedang kelaparan serta tidak egois sehingga kita ikhlas untuk membantu orang lain. Karena kita sering mengukur penderitaan orang lain dengan menstandarkan atas penderitaan-penderitaan yang pernah kita alami.

Semoga dengan menjalankan ibadah puasa akan membuat kita mendapatkan kejernihan pikiran, kebeningan jiwa dan keteduhan. Selain itu momentum ibadah puasa akan mengantarkan kita pada penemuan hakekat kehidupan yang akan membuat pribadi kita menjadi sosok yang terus yang berproses untuk mencapai kesempuraan. Ibadah puasa akan menjadi momentum yang berharga, manusia sebagai makhluk pendosa terhadap pencipta bisa memperbaiki diri dan menyucikan setiap kesalahan-kesalahan yang disengaja maupun tidak di sengaja. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, bahwa barang siapa yang berpuasa ramadhan karena iman dan mengharap pahala, akan di ampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.



Malang, 03 Agustus 2011
Gang 19. Kav. 7/7

0 komentar on Catatan Renungan Ramadhan 2 :

Posting Komentar