Satu Takdir Yang Sama

Satu Takdir Yang Sama.
Tak peduli apakah anda percaya akan adanya takdir atau tidak, sejatinya kita ini memiliki satu takdir yang sama; yaitu menjadi manusia yang berbahagia. Tak butuh lebih dari satu kata untuk menjabarkan kebahagiaan. Karena kebahagiaan bukan untuk didefinisikan, namun dipahami dan dipancarkan dari dalam diri anda.
Tak peduli apa warna kulit, bentuk mata, dan garis rambut anda. Tak peduli pula apa bahasa, keyakinan dan pegangan anda. Kita semua berhak menjadi bahagia. Dan semua ajaran kebijakan mengajak kita untuk membebaskan diri dari hambatan-hambatan yang membuat kita tak bahagia. Karena itu, tiada salahnya setelah menyisihkan waktu di akhir pekan ini untuk merenungi semua perjalanan yang sedang kita lalui,
sambil menatap jauh ke depan dan ke dalam diri, kita tuliskan tujuan hidup: untuk mencapai sebuah kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang membebaskan kita dari sekat-sekat antar sesama. Dan itu dimulai
dengan membebaskan diri dari sekat ego kita sendiri.

Tahukah Anda.
Dinasti Sui, yang berkuasa antara tahun 600 M mencurahkan perhatian  selama kekuasaannya pada usaha pembangunan Kanal Besar China.
Kanal selebar 100 feet itu pada tepiannya dibangun jalan dan ditumbuhi pohon, merentang sepanjang 1.000 mil. Kanal itu selesai setelah pembangunan selama 25 tahun, dengan korban manusia yang sangat besar. Hampir 5,5 juta orang terlibat dalam pembangunan Kanal Besar China. Diperkirakan 2.5 juta orang tewas akibat kerasnya lingkungan pembangunan, dan kondisi kerja yang kejam. Kanal yang merentang dari Beijing ke Hangchow itu, masih dapat dilayari sejak 1.400 tahun yang lalu hingga sekarang.

Kata Bijak Hari Ini.
Sebuah tong yang penuh dengan pengetahuan belum tentu
sama nilainya dengan setetes budi.
(Phytagoras)

0 komentar on Satu Takdir Yang Sama :

Posting Komentar